Powered By Blogger

Kamis, 01 November 2018

Padi, Petani dan Beras

Beras, merupakan benda yang berasal dari tanaman di sawah, melalui proses budidaya yang panjang. Apakah kita pernah menyadari seperti apa proses yang dilakukan oleh orang yang memproduksinya, apakah dia selalu dalam kebahagian atau dirundung kesedihan dalam melakukan budidayanya. Banyak orang yang tidak pernah mau tahu dengan proses memproduksinya, padahal setiap hari kita tidak pernah bosan dan lupa dengan benda ini setiap hari, mulai dari pagi, hingga siang, maupun malam.

Apakah beras ini ada dan terjamin untuk hari-hari kedepannya agar kita bisa tetap hidup, pernahkah kita berpikir dan merenungkan satu kali saja, tentang beras yang berasal dari tanaman dan menjadi idola setiap hari ini. Tidak akan pernah ada kehidupan tanpa adanya pangan yang kita makan setiap hari, terutama beras. Apakah materi yang kita punya mampu menjamin bahwa beras akan selalu tersedia di rumah kita.

Maka mari bersyukur, karena masih adanya orang yang tetap berbudi terhadap lahan dan bersahabat dengan padi, untuk segenggam padi dan sesuap nasi, yang menjadi sumber kehidupan kita.


Mari peduli terhadap Petani, Padi dan Beras serta Pangan.......

Dinamika Pemuda Tani

Dinamika Pemuda Tani

Hari ini menjadi petani sering dianggap tidak baik oleh sebagian orang, apalagi yang menjadi petani adalah seorang pemuda, yang dinilai seharusnya memiliki pekerjaan atau aktivitas lain, seperti, kerja kantoran, PNS, kerja di perusahaan, BANK, dll. Anggapan seperti itu sebenarnya juga tidak terlepas dari keluarga terdekat, bahwa mereka menginginkan kita sebagai pemuda memiliki pekerjaan yang lebih layak dan tidak terkena kotoran dari lumpur atau debu. Ini lah yang menjadi tantangan utama, ketika jadi petani adalah sebuah pilihan jalan hidup.

Ketika kita tidak komitmen dengan pilihan sebagai petani, maka pernyataan-pernyataan serta penilaian seperti itu akan menyebabkan perubahan paradigma tentang petani dan pertanian. Pangan sebagai jaminan utama untuk kelangsungan kehidupan, akan terabaikan dan terlupakan. Rasionalitas mengenai kebutuhan pangan, adalah kunci untuk memperkuat keyakinan dan memberikan pemahaman kepada semua orang bahwa, betapa pentingnya petani dan pertanian di kehidupan.

Pemahaman dan rasionalitas pentingnya petani dan pertanian sebagai penghasil pangan untuk kelangsungan kehidupan sudah melekat di diri kita, maka jadi petanipun adalah anugrah untuk kehidupan ini. Jadi jangan malu untuk bertani dan tetap berikan semangat dan penyadaran kepada yang lainnya bahwa semua orang membutuhkan pangan.



Salam Pemuda Tani.....

Rabu, 31 Oktober 2018

Ibu Petani

Ibu Petani


Umur senja, badan renta, kaki lelah, tidak jadi alasan bagi Ibu untuk berhenti dalam mewujudkan Kedaulatan Pangan. Semangat Ibu terus membara sehingga membuat kami yang Muda ini jadi Malu, karena sudah tidak mau lagi bergelut dengan lumpur seperti yang Ibu lakukan. Pagi menjelangpun Ibu sudah bangun untuk menyiapkan semua kebutuhan untuk seharian, terutama untuk pangan keluarga.

Pagipun berlalu dan Ibu sudah berada di Sawah sedang berlimang Lumpur yang selalu menjadi keseharian ibu. Padi menjadi tanaman utama, dengan penuh harapan lelah hari ini menjadi harapn untuk hari berikutnya, untuk Ibu, keluarga serta semua orang. Senja menjelang Ibu bergegas menuju rumah karena teringat keluarga yang membutuhkan makan dari masakan tangan Ibu yang sudah lelah seharian di sawah.

Kami yang muda, masih kuat badannya, masih sehat kakinya dan umurpun masih pagi untuk berbuat yang lebih, sering terlupa dengan kegiatan Ibu sehari-hari dan juga lupa dengan yang kami makan setiap hari. Orang lain pun juga jarang peduli dengan aktivitas yang ibu lakukan, meskipun setiap hari kehidupan mereka bisa berlanjut karena tangan ibu melalui sawah yang menjadi padi dan beras untu mereka santap setiap hari.

Ibu, kami yang muda ini sering melupakanmu dan seharusnya kami malu karena tidak mau peduli pada Ibu.

Salam Untuk Seluruh Ibu Petani....

Selasa, 30 Oktober 2018

Petani Muda Milenial

Aku Petani Muda


Hari ini banyak orang yang mengatakan adalah hari atau zamannya Milenial, yang merupakan menjadi dinamika sosial di zaman sekarang, terutama bagi kaum muda. Banyak yang mengartikan dengan pemahaman yang berbeda, ada yang menjadi positif dan tidak lepas juga menjadi negatif. Namun bagi saya sebagai Petani, anak dari Petani, cucunya Petani, beranggapan bahwa pada zaman milenial ini harus menghilangkan rasa takut dan malunya ketika bergelut dengan lumpur. Saya menilai zaman apapun namanya sekarang baik itu X atu Y maupun Z, yang pada intinya setiap orang harus mampu bersaing di dalam kondisi apapun, termasuk juga sebagai Petani Muda.

Sebagai Petani Muda, saya mempunyai tanggung jawab akan keberlanjutan kehidupan saya dan keluarga, terutama sekali di bagian pangan, kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjamin pangan kita. Apa lagi dengan lahan yang sudah mulai sempit dan pertumbuhan penduduk semakin pesat serta globalisasi yang selalu menjadi ancaman yang nyata, yang berkemungkinan akan mengakibatkan susah dan mahalnya bahan pangan. Saya sebagai manusia yang harus melanjutkan kehidupan yang lebih baik ke depannya, meskipun tantangan semakin berat, maka harus mengambil tindakan yang juga nyata dan rasional untuk memenuhi kebutuhan pangan sehingga menuju Kedaulatan Pangan.

Menanam Padi merupakan sebagai tahapan awal saya sebagai Petani Muda dalam memulai langkah untuk mewujudkan pangan yang berdaulat. Zaman milenialpun bukan jadi pembatas atau penghalang untuk aktif dan barkarya di pertanian meskipun lumpur dan debu jadi teman utama. Semoga milenial ini adalah anugrah bagi kita untuk melangkah yang lebih rasional.

Salam Pemuda Tani...